Da’wah.
Da’wah….
Mungkin satu kata ini tak asing, tapi dalam hal ini terkadang tak
banyak yang tahu bahwa satu kata ini merupakan sebuah nama usaha dalam Islam
yang membuat makhluk menjadi mulia di sisi Allah Swt.
Tapi mungkin kita belum tahu atau akrabnya di sebut orang awam.
nah sedikit kita uraikan mengenai Da’wah ;
Tapi mungkin kita belum tahu atau akrabnya di sebut orang awam.
nah sedikit kita uraikan mengenai Da’wah ;
Da’wah (Arab: دعوة, da‘wah;
"ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata da’wah merupakan masdar (kata benda) dari
kata kerja da'a, yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad saw mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara
melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan
teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara
raja-raja yang mendapat surat atau risalah nabi saw adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dariMesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
Jenis
da’wah.
Fiqhud-da’wah
Ilmu
yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan da’wah, sehingga
para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka
juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al
Islamiyah.
Da’wah
fardiah
Da’wah Fardiah merupakan
metode da’wah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau
kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya da’wah
fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib.
Termasuk kategori da’wah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran,
anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang
sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan
selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).
Da’wah
amah.
Da’wah Ammah merupakan
jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan
kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang
dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato). Da’wah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang
dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang
berkecimpung dalam soal-soal dakwah.
Da’wah
bil-lisan.
Da’wah jenis ini adalah
penyampaian informasi atau pesan da’wah melalui lisan (ceramah atau komunikasi
langsung antara subyek dan obyek da’wah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif
bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jum’at atau
khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks
sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
Da’wah
bil-Haal.
Da’wah bil al-hal adalah
da’wah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima
dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru
da’wah). Da’wah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima
dakwah.
Pada saat pertama
kali rasulullah saw tiba di kota Madinah, dia mencontohkan da’wah
bil-haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan
kaum Anshor dan kaumMuhajirin dalam ikatan ukhuwah
Islamiyah.
Da’wah
bit-tadwin.
Memasuki zaman global
seperti saat sekarang ini, pola da’wah bit at-tadwin (da’wah
melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, majalah, internet, koran,
dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari
da’wah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah
wafat. Menyangkut da’wah bit-Tadwim ini rasulullah saw bersabda,
"Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para
syuhada".
Da’wah
bil hikmah.
Da’wah bil hikmah yakni
menyampaikan da’wah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas
kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan
kata lain da’wah bi al-hikmah merupakan suatu metode
pendekatan komunikasi da’wah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Dalam kitab al-Hikmah
fi ad-Da’wah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin Wahif al-Qathani
diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain
Menurut bahasa:
· Memperbaiki
(membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
· Ungkapan
untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
· Obyek
kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
· Pengetahuan
atau ma'rifat.
Menurut istilah Syar'i:
· Valid
dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara'
dalam dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab
dengan tegas dan tepat.
Nah itulah sekilas pengertian da’wah.
mungkin itu hanya sejimpit mengenai da’wah, selanjutnya kita akan bahas arti penting da’wah dalam kehidupan.
mungkin itu hanya sejimpit mengenai da’wah, selanjutnya kita akan bahas arti penting da’wah dalam kehidupan.
Ayat
al-qur’an ;
Pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk
mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik Muslim maupun Non Muslim. Ketentuan
semacam ini didasarkan pada firman Allah swt :
“Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang
beruntung” (QS. Al-Imran : 104),
“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS.
Al-Imran : 110)
” Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk ” (QS. An-Nahl : 125).
” Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri?” (QS.Fushishilat : 33).
Para rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus
oleh Allah swt untuk melakukan tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada
Allah. Keutamaan da’wah terletak pada disandarkannya kerja da’wah
ini kepada manusia yang paling utama dan mulia yakni Rasulullah saw dan
saudara-saudara beliau para nabi & rasul alaihimussalam.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا
وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah (Hai Muhammad): "Inilah
jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berda’wah (mengajak
kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf (12): 108).
Ayat di atas menjelaskan jalan
Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan da’wah. Maka barangsiapa
mengaku menjadi pengikut beliau saw, ia harus terlibat dalam da’wah sesuai
kemampuannya.
Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan
kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam menjalankan tugas berda’wah siang
dan malam:
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا
Nuh berkata: "Ya Tuhanku
sesungguhnya aku telah menda’wahi (menyeru) kaumku malam dan siang. (Q.S; Nuh (71):
5).
Tentang Nabi Ibrahim as, Allah
mengisahkan da’wah yang beliau lakukan kepada ayah dan ummatnya:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ . إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا
تَعْبُدُونَ. قَالُوا نَعْبُدُ
أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ. قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ. أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّون. قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ
يَفْعَلُونَ. قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ. أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأَقْدَمُونَ. فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلاَّ رَبَّ
الْعَالَمِينَ. الَّذِي خَلَقَنِي
فَهُوَ يَهْدِينِ. وَالَّذِي هُوَ
يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ. وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِين. وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ. وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي
يَوْمَ الدِّينِ.
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah
Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu
sembah?". Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan
kami senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah
berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)? Atau
(dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka
menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami
berbuat demikian". Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah
memperhatikan apa yang selalu kamu sembah.
Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu
sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah
menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi
makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.
Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni
kesalahanku pada hari kiamat". (Q.S; Asy-Syuara (26): 69-82).
Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan
da’wah beliau dalam banyak ayat-ayat Al-Quran, diantaranya:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ
وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. فَلَمَّا جَاءَهُم
بِآيَاتِنَا إِذَا هُم مِّنْهَا يَضْحَكُونَ
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa
dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka
kaumnya. Maka Musa berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan
seru sekalian alam". Maka tatkala dia datang kepada mereka
dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka
mentertawakannya. (Q.S; Az-Zukhruf (43): 46-47).
Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan
da’wah beliau dalam firman-Nya:
وَلَمَّا جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُم
بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا
صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ.
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan
dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah[1] dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa
yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
(kepada) ku". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka
sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Q.S; Az-Zukhruf (43): 63-64).
Hadist nabi S.a.w ;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar
ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“Siapa saja yang melihat
kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak
mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu
maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُونَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوهُ فَلَا يُنْكِرُوهُ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَذَّبَ اللَّهُ الْخَاصَّةَ وَالْعَامَّةَ
“Sesungguhnya Allah tidak
akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang
dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya,
dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila
mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan
kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad]
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
“Demi Dzat Yang jiwaku ada
di dalam genggaman tanganNya, sungguh kalian melakukan amar makruf nahi ‘anil
mungkar, atau Allah pasti akan menimpakan siksa; kemudian kalian berdoa memohon
kepada Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk kalian.” [HR. Turmudziy, Abu ‘Isa
berkata, hadits ini hasan]