Rabu, 06 Mei 2015

Da’wah.


   Da’wah….
Mungkin satu kata ini tak asing, tapi dalam hal ini terkadang tak banyak yang tahu bahwa satu kata ini merupakan sebuah nama usaha dalam Islam yang membuat makhluk menjadi mulia di sisi Allah Swt.
Tapi mungkin kita belum tahu atau akrabnya di sebut orang awam.
nah sedikit kita uraikan mengenai Da’wah ;
    Da’wah (Arab: دعوة‎, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata da’wah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a, yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad saw mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah nabi saw adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dariMesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
Jenis da’wah.

Fiqhud-da’wah
Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan da’wah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah.
Da’wah fardiah
Da’wah Fardiah merupakan metode da’wah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya da’wah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori da’wah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).
Da’wah amah.
Da’wah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato). Da’wah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.
Da’wah bil-lisan.
Da’wah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan da’wah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek da’wah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jum’at atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
Da’wah bil-Haal.
Da’wah bil al-hal adalah da’wah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru da’wah). Da’wah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.
Pada saat pertama kali rasulullah saw tiba di kota Madinah, dia mencontohkan da’wah bil-haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaumMuhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Da’wah bit-tadwin.
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola da’wah bit at-tadwin (da’wah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari da’wah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut da’wah bit-Tadwim ini rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".
Da’wah bil hikmah.
Da’wah bil hikmah yakni menyampaikan da’wah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain da’wah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi da’wah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Dalam kitab al-Hikmah fi ad-Da’wah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin Wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain Menurut bahasa:
·         Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil
·         Memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
·         Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
·         Obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
·         Pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i:
·         Valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara' dalam dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.

Nah itulah sekilas pengertian da’wah.
mungkin itu hanya sejimpit mengenai da’wah, selanjutnya kita akan bahas arti penting da’wah dalam kehidupan.
Ayat al-qur’an ;
Pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik Muslim maupun Non Muslim.  Ketentuan semacam ini didasarkan pada firman Allah swt :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104),

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Imran : 110)

” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ” (QS. An-Nahl : 125).

” Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS.Fushishilat : 33).

     Para rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan da’wah terletak  pada disandarkannya kerja da’wah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul alaihimussalam.

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ ‏الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah (Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berda’wah (mengajak kamu)  kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf (12): 108).

Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan da’wah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw, ia harus terlibat dalam da’wah sesuai kemampuannya.

Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam menjalankan tugas berda’wah siang dan malam:
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا
Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menda’wahi (menyeru) kaumku malam dan siang. (Q.S; Nuh (71): 5).

Tentang Nabi Ibrahim as, Allah mengisahkan da’wah yang beliau lakukan kepada ayah dan ummatnya:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ.  قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ.  قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ.  أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّون.  قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ. قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ. أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأَقْدَمُونَ.  فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلاَّ رَبَّ الْعَالَمِينَ.  الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ. وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ.  وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِين.  وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ.  وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ.
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?". Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah. Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (Q.S; Asy-Syuara (26): 69-82).

Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan da’wah beliau dalam banyak ayat-ayat Al-Quran, diantaranya:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. فَلَمَّا جَاءَهُم بِآيَاتِنَا إِذَا هُم مِّنْهَا يَضْحَكُونَ
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam".  Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya. (Q.S; Az-Zukhruf (43): 46-47).

Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan da’wah beliau dalam firman-Nya:
وَلَمَّا جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُم بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ.

Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah[1] dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Q.S; Az-Zukhruf (43): 63-64).



Hadist nabi S.a.w ;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُونَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوهُ فَلَا يُنْكِرُوهُ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَذَّبَ اللَّهُ الْخَاصَّةَ وَالْعَامَّةَ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad]
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di dalam genggaman tanganNya, sungguh kalian melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar, atau Allah pasti akan menimpakan siksa; kemudian kalian berdoa memohon kepada Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk kalian.” [HR. Turmudziy, Abu ‘Isa berkata, hadits ini hasan]

Sabtu, 02 Mei 2015


Fokus Pada Satu Titik

      Sebuah tujuan akan tercapai atau mungkin minimumnya tidak gagal sepenuhnya maka kita harus tahu bahwa tujuan yang kita coba untuk capai itu adalah sebuah jalan yang positif untuk diri kita sendiri dan makhluk lain.
Dan tujuan itu pula haruslah bisa mengarah pada ridho ILAHI, singkatnya tujuan kita harus bernilai IBADAH kepada sang pencipta.

     Profesi atau posisi apapun yang sekarang kita emban maka hubungkanlah itu pada satu titik fokus yaitu IBADAH.

contohnya
    seorang ibu, maka dengan posisi sebagai ibu sewajibnya dan semestinya agar itu dinilai sebagai IBADAH oleh tuhan sebagai titik fokusnya, karena terkadang dengan posisi ke-ibuannya seorang ibu menganggap dirinyalah yang mempunyai anak-anaknya padahal dari sisi ke-agamaan tuhanlah yang memiliki semua makhluk.